Makanan Instan untuk Anak Usia 2 Tahun, Amankah?
Pada usia 2 tahun, anak sudah bisa dikenalkan makanan orang dewasa seperti penambahan bumbu yang lebih bervariasi dan tekstur yang tidak terlalu lunak. Penyesuaian makan ini tidak dipungkiri dapat merepotkan bagi beberapa ibu sehingga memilih untuk membeli makanan instan saja. Ada yang menganggap gizi yang ada dalam makanan instan kurang maksimal untuk perkembangan anak dan bahan-bahan yang terkandung dalam makanan instan dapat membahayakan kesehatan anak di masa depan, benarkah demikian?
Baca juga: Benarkah Processed Food Berbahaya?
Kebutuhan makan anak akan senantiasa berubah, mulai dari full ASI dari lahir, penambahan MPASI, kemudian makan makanan orang dewasa. Dikutip dari IDAI, sangat penting untuk memantau tumbuh kembang anak pada 1.000 hari pertama, yaitu dari mulai saat pembuahan di dalam rahim hingga sang anak berusia 2 tahun. Pada masa inilah anak perlu didukung oleh orang tua dan juga asupan yang bergizi untuk kesehatannya.
Memilih makanan instan untuk anak
Bagi orang tua yang kesulitan atau pun tidak memiliki banyak waktu untuk selalu menyiapkan makanan untuk anak, tidak perlu khawatir karena makanan instan tidak sepenuhnya membahayakan kesehatan anak-anak. Nutrisi dalam makanan tersebut tetaplah terjaga meskipun tidak sebanyak dan sebaik makanan organik. Orang tua hanya perlu memperhatikan prinsip pemberian makanan yang baik untuk anak seperti berikut ini.
1. Kandungan garam dan gula
Perhatikan kandungan garam dan gula ketika memilih makanan instan untuk anak, jangan sampai terlalu tinggi. Pastikan untuk membaca komposisi dari makanan, karena komposisi ditulis berurutan berdasarkan banyaknya jumlah bahan dalam makanan tersebut. Hindari makanan dengan gula yang tertulis pada tiga teratas dalam daftar bahan, kemungkinan besar banyak gula tambahan yang digunakan. Orang tua juga perlu memahami nama lain dari gula tambahan seperti sukrosa, madu dan sirup glukosa.
Selain gula, orang tua juga harus memperhatikan kandungan garam atau natrium. Dikutip dari Halodoc, kandungan garam tidak lebih dari 100 miligram per 100 gram pada makanan yang mengandung daging sayur, dan buah. Lalu, pada biskuit bayi, kandungan natrium tidak boleh lebih dari 300 miligram per 100 gram. Untuk roti yang dikeringkan tidak boleh lebih dari 350 miligram per 100 gram.
2. Zat besi baik untuk anak
Zat besi juga menjadi asupan penting yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan otak dan perkembangan motorik anak. Bayside Medical Group menjelaskan, asupan zat besi yang kurang dapat membuat otak anak susah berpikir dan mengingat hal-hal apapun dengan baik, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terhambat.
Menurut Angka Kecukupan Gizi oleh Kementerian Kesehatan, kebutuhan zat besi yang dibutuhkan setiap harinya untuk anak usia 1-3 tahun yaitu sekitar 11 mg. Beberapa makanan dengan kandungan zat besi yang dapat ditemukan pada makanan instan adalah:
- Daging merah tanpa lemak
- Ikan tuna, ikan salmon
- Kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang putih, kacang kedelai, atau kacang hitam
- Tahu
- Susu
- Roti
3. Perhatikan aturan penyimpanan, cara penyajian, dan tanggal kedaluwarsa
Sebelum membeli, periksa aturan penyimpanannya. Meskipun tanggal kedaluwarsa masih lama, cara penyimpanan yang salah dapat memperpendek usia makanan. Selain itu, orang tua harus paham bagaimana cara penyajiannya yang baik, apakah harus dipanaskan dengan air mendidih, atau harus dimasak dahulu, dan lain-lain. Penyajian yang salah dapat membuat rasa dan tekstur makanan tidak tepat bahkan berkurangnya nutrisi makanan.
Perhatikan juga kondisi kemasan. Jika makanan dalam kaleng, pastikan kemasan tidak penyok atau bocor. Jika membeli dari toko online mintalah penjual untuk membungkus makanan dengan baik agar aman selama perjalanan dengan kurir.
4. Hindari makanan dengan MSG dan pengawet
Makanan instan identik dengan bahan pengawet yang membuat makanan tersebut dapat disimpan untuk waktu yang lama. Selain itu bahan tambahan seperti MSG (monosodium glutamate) juga yang membuat makanan instan lebih sedap dan kaya rasa.
Anak-anak atau masa pertumbuhan lebih sensitif terhadap efek MSG daripada kelompok orang dewasa. Efek negatif jangka pendek dari MSG bagi kesehatan antara lain perut mual, sakit kepala, mudah mengantuk, keringat berlebihan, jantung berdetak kencang, dan nyeri dada. Jika dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang, efek yang ditimbulkan dari MSG adalah mnurunnya fungsi otak, kanker, hipertensi, obesitas, dan diabetes.
Begitu banyaknya dampak negatif dari bahan pengawet dan MSG bagi anak, wajib bagi orang tua untuk menekan atau menghidarkan anak dari makanan dengan bahan tersebut, utamanya makanan ringan. Lebih baik berikan buah-buahan sebagai pengganti makanan ringan yang dijual di pasaran.